‘Fabiayyi aalaai rabbikumaa tukadzdzibaan ?
”Maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
(QS Ar Rahman :13)
Sahabat-ku…
Dalam Al Quran surat Ar Rahman (Yang Maha Pengasih)
Allah ’Azza wa Jalla mengulang-ulangi
satu pertanyaan penting yang ditujukan untuk bangsa MANUSIA dan JIN sampai 31 kali.
Setiap kali Allah mengulangi pertanyaan yang sama,
di sela-sela pertanyaan itu Allah menyebutkan ragam nikmat-NYa,
Fabiayyi aalaai rabbikumaa tukadzdzibaan ?
(maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)
Sahabat-ku…
Coba renungkan sejenak.
Tinggalkan –untuk sesaat- rutinitas bisnismu.
Tinggalkan obsesi-obsesimu.
Sejenak saja…
Untuk bersama menyambut dan menjawab pertanyaan ini.
Pertanyaan yang diulang-ulang oleh Allah…
Dzat yang telah memberimu nafas,
Dzat yang telah memberimu jantung,
Dzat yang telah memberimu mata, tangan, kaki,
dan beraneka nikmat lainnya.
Dzat yang telah memberi tempat tinggal yang asri,
Lengkap dengan isteri, suami dan anak-anak.
Dzat yang menghidupkan juga mematikanmu.
Kapan dan dimana serta bagaimanapun.
Karena sesungguhnya Dia-lah yang menggenggam jiwamu,
Dan karena Dia-lah yang melepaskannya.
Ketika Allah bertanya kepadamu;
Fabiayyi aalaai rabbikumaa tukadzdzibaan ?
(Maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)
Bagaimanakah kamu menjawabannya ?
Jabir bin Abdillah radliyallahu ’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam ketika membacakan surat Ar Rahman ini kepada para sahabatnya, beliau bersabda :
”Mengapa kalian terdiam saja? Sesungguhnya bangsa JIN lebih baik jawabannya ketika aku membaca Fabi ayyi aalaai rabbikumaa tukadzdzibaan ? (maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) mereka (bangsa jin) menjawab, ”Duhai Tuhan kami, tidak ada satu nikmatpun yang kami dustai, segala puji hanya bagi-Mu semata.” (Lihat: Al Mustadrak ’Ala ash-shahihain 2/515. Hadits ini menurut Imam Adz Dzahabi shahih sesuai syarat Imam Bukhari dan Muslim)
Sahabat-ku…
Kalau saat ini Engkau tengah membuka mushaf Al Quran,
Bukalah …surat Ar Rahman…lalu bacalah…renungkan…
Akan terasa bagimu sentuhan lembut kalam ilahi
begitu teduh menyapa nuranimu.
Karena pertanyaan yang berulang-ulang itu,
bertujuan untuk menggugah rasa TAKUTmu
Dan salah satu bentuk ancaman bagi para durjana
Yang coba-coba berani mengingkari nikmat-nnikmat-Nya.
Qois bin ’Ashim Al-Munqariy pernah meminta kepada Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam, seraya berkata, ”Bacakanlah apa yang telah diwahyuka kepadamu!” Lalu Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam membacakan surat Ar Rahman. Qois bin ’Ashim Al-Munqariy meminta untuk diulangi. Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam pun mengulangi sampai tiga kali. Akhirnya Qois bin ’Ashim Al-Munqariy menyatakan keislamannya; ”Demi Allah, betapa indah dan manisnya, di bawahnya meengalir air yang berlimpah, sedang di permukaannya buah-buahan yang ranum…Apakah gerangan yang diucapkan orang ini (maksudnya Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam)? Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan sesungguhnya Engkau (Muhammad) adalah uttusan Allah.” (Lihat: Tafsir Al Munir, Az Zuhail : 27/200)
Sahabat-ku…
Dalam surat Ar Rahman ini Allah bertanya
kepada masing-masing diri,
tentang bagaimana kita bersikap
di hadapan nikmat-Nya yang begitu banyak.
Nikmat TERBESAR yang diberikan Allah
untuk hidup dan kehidupan,
untuk manusia dan kemanusiaan
adalah nikmat WAHYU (Al Quran).
Nikmat wahyulah yang mampu menjelaskan manusia dan jin
garis-garis besar aturan kehidupan.
Dengan wahyu perbedaan antara al-Haq dan al-Bathil
dapat teridentifikasi dengan jelas.
Wahyu pula-lah yang menuturkan kepada kita
mana yang halal dan yang haram.
Sahabat-ku…
Berawal dari INDERA
kita dapat mengidentifikasi segala hal.
Apa yang tidak dapat diketahui oleh indera
akan dijelaskan oleh AKAL.
Dan apa yang tidak terjangkau oleh akal
akan dituntun oleh WAHYU.
Wahyulah tempat bermuaranya segala jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang musykil.
Dengan wahyu, segala pertanyaan akan terjawab.
Yakinlah!
Sahaba-ku…
Seberapa telah kita syukuri nikmat wahyu ini?
Ibnu Qayim rahimahullah menjelaskan
bahwa SYUKUR memiliki tiga rukun :
1. Mengakui nikmat tersebut secara bathin.
2. Menceritakannya secara zhahir
3. Menggunakannya dalam rangka taat kepada Allah
(Tazkiyatun Nufus, Ibnu Qayim)
Kalau kita ingin mengetahui kadar SYUKUR kita
kepada nikmat WAHYU (Al Quran) ini,
maka lihatlah bagaimana kwalitas dan kwantitas interaksi kita kepada Al Quran dan penjelasnya (As Sunnah).
Apakah kita sudah memanfaatkan secara maksimal
anugerah Allah yang paling bermanfaat di dunia ini.
Baik ’Ilman wa ’amalan..
baik sebagai disiplin ILMU
atau sebagai AMALAN
yang teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim : 7)
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS Al-A’raf : 179)
Nas’alullaha al-’Afiah
Wallahu a’lam bi showab
(Abu Hilya Salsabila)
dr :http://b2htiardpdpsw.wordpress.com
”Maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
(QS Ar Rahman :13)
Sahabat-ku…
Dalam Al Quran surat Ar Rahman (Yang Maha Pengasih)
Allah ’Azza wa Jalla mengulang-ulangi
satu pertanyaan penting yang ditujukan untuk bangsa MANUSIA dan JIN sampai 31 kali.
Setiap kali Allah mengulangi pertanyaan yang sama,
di sela-sela pertanyaan itu Allah menyebutkan ragam nikmat-NYa,
Fabiayyi aalaai rabbikumaa tukadzdzibaan ?
(maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)
Sahabat-ku…
Coba renungkan sejenak.
Tinggalkan –untuk sesaat- rutinitas bisnismu.
Tinggalkan obsesi-obsesimu.
Sejenak saja…
Untuk bersama menyambut dan menjawab pertanyaan ini.
Pertanyaan yang diulang-ulang oleh Allah…
Dzat yang telah memberimu nafas,
Dzat yang telah memberimu jantung,
Dzat yang telah memberimu mata, tangan, kaki,
dan beraneka nikmat lainnya.
Dzat yang telah memberi tempat tinggal yang asri,
Lengkap dengan isteri, suami dan anak-anak.
Dzat yang menghidupkan juga mematikanmu.
Kapan dan dimana serta bagaimanapun.
Karena sesungguhnya Dia-lah yang menggenggam jiwamu,
Dan karena Dia-lah yang melepaskannya.
Ketika Allah bertanya kepadamu;
Fabiayyi aalaai rabbikumaa tukadzdzibaan ?
(Maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)
Bagaimanakah kamu menjawabannya ?
Jabir bin Abdillah radliyallahu ’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam ketika membacakan surat Ar Rahman ini kepada para sahabatnya, beliau bersabda :
”Mengapa kalian terdiam saja? Sesungguhnya bangsa JIN lebih baik jawabannya ketika aku membaca Fabi ayyi aalaai rabbikumaa tukadzdzibaan ? (maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) mereka (bangsa jin) menjawab, ”Duhai Tuhan kami, tidak ada satu nikmatpun yang kami dustai, segala puji hanya bagi-Mu semata.” (Lihat: Al Mustadrak ’Ala ash-shahihain 2/515. Hadits ini menurut Imam Adz Dzahabi shahih sesuai syarat Imam Bukhari dan Muslim)
Sahabat-ku…
Kalau saat ini Engkau tengah membuka mushaf Al Quran,
Bukalah …surat Ar Rahman…lalu bacalah…renungkan…
Akan terasa bagimu sentuhan lembut kalam ilahi
begitu teduh menyapa nuranimu.
Karena pertanyaan yang berulang-ulang itu,
bertujuan untuk menggugah rasa TAKUTmu
Dan salah satu bentuk ancaman bagi para durjana
Yang coba-coba berani mengingkari nikmat-nnikmat-Nya.
Qois bin ’Ashim Al-Munqariy pernah meminta kepada Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam, seraya berkata, ”Bacakanlah apa yang telah diwahyuka kepadamu!” Lalu Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam membacakan surat Ar Rahman. Qois bin ’Ashim Al-Munqariy meminta untuk diulangi. Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam pun mengulangi sampai tiga kali. Akhirnya Qois bin ’Ashim Al-Munqariy menyatakan keislamannya; ”Demi Allah, betapa indah dan manisnya, di bawahnya meengalir air yang berlimpah, sedang di permukaannya buah-buahan yang ranum…Apakah gerangan yang diucapkan orang ini (maksudnya Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam)? Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan sesungguhnya Engkau (Muhammad) adalah uttusan Allah.” (Lihat: Tafsir Al Munir, Az Zuhail : 27/200)
Sahabat-ku…
Dalam surat Ar Rahman ini Allah bertanya
kepada masing-masing diri,
tentang bagaimana kita bersikap
di hadapan nikmat-Nya yang begitu banyak.
Nikmat TERBESAR yang diberikan Allah
untuk hidup dan kehidupan,
untuk manusia dan kemanusiaan
adalah nikmat WAHYU (Al Quran).
Nikmat wahyulah yang mampu menjelaskan manusia dan jin
garis-garis besar aturan kehidupan.
Dengan wahyu perbedaan antara al-Haq dan al-Bathil
dapat teridentifikasi dengan jelas.
Wahyu pula-lah yang menuturkan kepada kita
mana yang halal dan yang haram.
Sahabat-ku…
Berawal dari INDERA
kita dapat mengidentifikasi segala hal.
Apa yang tidak dapat diketahui oleh indera
akan dijelaskan oleh AKAL.
Dan apa yang tidak terjangkau oleh akal
akan dituntun oleh WAHYU.
Wahyulah tempat bermuaranya segala jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang musykil.
Dengan wahyu, segala pertanyaan akan terjawab.
Yakinlah!
Sahaba-ku…
Seberapa telah kita syukuri nikmat wahyu ini?
Ibnu Qayim rahimahullah menjelaskan
bahwa SYUKUR memiliki tiga rukun :
1. Mengakui nikmat tersebut secara bathin.
2. Menceritakannya secara zhahir
3. Menggunakannya dalam rangka taat kepada Allah
(Tazkiyatun Nufus, Ibnu Qayim)
Kalau kita ingin mengetahui kadar SYUKUR kita
kepada nikmat WAHYU (Al Quran) ini,
maka lihatlah bagaimana kwalitas dan kwantitas interaksi kita kepada Al Quran dan penjelasnya (As Sunnah).
Apakah kita sudah memanfaatkan secara maksimal
anugerah Allah yang paling bermanfaat di dunia ini.
Baik ’Ilman wa ’amalan..
baik sebagai disiplin ILMU
atau sebagai AMALAN
yang teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim : 7)
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS Al-A’raf : 179)
Nas’alullaha al-’Afiah
Wallahu a’lam bi showab
(Abu Hilya Salsabila)
dr :http://b2htiardpdpsw.wordpress.com
No Response to "Ketika Bangsa JIN Menjawab dan Bangsa MANUSIA Terdiam"
Posting Komentar