Tanda Jiwa yang Lemah
Keluh kesah, mungkin bagi sebagian orang merupakan cara untuk membebaskan diri dari tekanan persoalan. Atau juga sekedar mengurangi beban jiwa karena masalah yang sedang mendera. Karenanya, bagi yang menjadikan itu semua sebagai alasan pembenaran, keluh kesah pun bisa menjadi kebiasaan. Di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja, bicaranya hanya keluh kesah semata. Konon curhat, katanya. Seolah ia adalah orang yang paling besar beban hidupnya, sepertinya hanya dia sendiri yang mempunyai permasalah hidup. Ia nampak merana dan tidak beruntung, nikmat yang Allah karuniakan yang demikian banyak dan tak terhitung seperti tidak berarti dan tidak bernilai apa-apa. Sungguh naif!
Siapa sih, di dunia ini yang bebas dari persoalan? Pasti tidak ada! Tiada yang seratus persen nihil dari kesulitan. Setiap orang niscaya punya masalah, masing-masing pasti dihadapkan pada problematika pribadinya. Karena memang demikian kehidupan, ia adalah pada hakikatnya ujian, di dalamnya ada pergiliran susah-senang, duka-gembira, pendapatan-kehilangan, kelapangan-kesempitan, dan seterusnya. Allah berfirman, "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al-Mulk: 2)
Sungguh, keluh kesah adalah tanda kelemahan hati dan kerdilnya jiwa. Ia melihat persoalan dengan asumsi "pasti tidak terselesaikan", memandang beban sebagai "yang tidak tertanggungkan", dan menatap jalan keluar dengan kebuntuan. Padahal setiap masalah niscaya ada solusinya, setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya, dan Allah tidak mungkin memberikan beban di luar kemampuan hamba-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (QS. Al-Baqarah: 286)
Maka, pribadi yang tangguh dan memiliki izzah adalah pribadi yang berjiwa besar dan berhati kokoh. Karena ujian itu pasti, maka dia harus memenangkannya. Keluh kesah tidak pantas disandangnya sama sekali.
Selain itu, keluh kesah adalah cermin lemahnya tawakal yang sekaligus proyeksi dari kelemahan iman seseorang. Ia merasa sendiri dan tidak ada yang layak dijadikan sandaran untuk dimintai pertolongan, ia juga idak ingat bahwa takdir Allah meliputi segala sesuatu. Padahal Allah adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. Allah berfirman, "Yaitu orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."." (QS. Ali Imran: 173)
Di hadapan manusia, oarang yang suka berkeluh kesah adalah sesosok pribadi yang rapuh yang niscaya akan dianggap lemah. Citranya, hanya butuh dikasihani dan diberikan rasa iba. Wallahu A'lam.
Disadur dari : Majalah Islam Ar- Risalah Hal. 27 No. 83/Vol. VII/11 Rabiul Tsani-Jumadil Ula 1429 H/Mei 2008
No Response to "Berkeluh Kesah, Tanda Jiwa yang Lemah"
Posting Komentar