Hidup
itu sungguh tidak sederhana
Seringkali kita hidup tidak menuruti kata
hati, namun lebih cenderung mengikuti apa kata orang. Mulai dari urusan
perut, gaya rambut, kendaraan, hingga urusan apa yang menempel di badan
kita alias gaya berpakaian.
Pernah
suatu ketika saya bertemu seorang teman lama di sebuah pusat
perbelanjaan. Begitu melihat saya, teman lama ini langsung mengenali.
Saya senang, karena setelah sekian tahun tidak ketemu, dia masih
mengenali wajah saya. Itu artinya tidak banyak perubahan pada wajah,
alias saya masih nampak awet muda. Itu cukup melegakan hati.
Namun
teman saya yang usil ini mulai mengomentari soal tubuh saya yang kurus
dan rambut saya yang mulai ada ubanannya. Wah seketika itu juga, rasanya
semua orang jadi menoleh ke arah saya melihat tubuh kurus dan uban di
rambut saya.
Terlebih
lagi teman yang benar - benar suka mengurusi orang lain ini menambahkan
sebuah pertanyaan, "Kamu sakit apa kok kelihatan kurus?". Aduhhh.. Saya
jadi merasa seperti orang berpenyakitan, padahal sebelum bertemu teman
saya ini, saya merasa sehat - sehat saja.
Sepulang
di rumah, saya masuk ke kamar dan melihat diri saya di cermin. Saya
amat - amati tubuh dan rambut saya. Kurang puas dengan gambar tubuh saya
yang terpantul di cermin, saya pun menimbang badan dengan timbangan
digital.
Ahh,
ternyata berat saya masih normal. Tidak jauh berbeda dengan saya saat
duduk di bangku SMA, bahkan kelebihan beberapa kilogram.
Saya
berpikir - pikir, kenapa teman saya ini mengatakan saya kurus, kalau
kenyataannya berat saya stabil sejak dulu hingga sekarang. Aha! Saya
baru sadar, bahwa teman saya tadi perutnya buncit dan ukuran tubuhnya
jauh lebih besar daripada saat kami sama - sama sekolah. Terang saja ia
melihat saya lebih kurus.
Fakta
sebenarnya adalah teman saya yang badannya membengkak lebih besar,
sehingga ia melihat saya seolah - olah 'mengecil'. Nah, begitu urusan
berat badan terpecahkan, maka urusan uban tidak jadi masalah, karena toh
di salah satu profesi saya sebagai narasumber dan trainer, jumlah uban
berkorelasi positif dengan tarif.
Poin
saya adalah jika kita hidup dengan terus - menerus mendengarkan apa
kata orang, maka kita tidak akan pernah hidup tenang dan bahagia. Kita
akan seperti hidup di dalam sangkar, karena segala gerak langkah dan
pilihan hidup kita selalu dibatasi oleh apa kata orang lain.
Salah
satu resep untuk hidup bahagia dan suka cita sepanjang hari adalah
dengan menjadi diri sendiri dan mengikuti apa kata hati. Bolehlah kita
mendengarkan orang sebagai masukan. Namun ambilah keputusan dan jalan
hidup berdasarkan kata hati yang paling dalam, karena hati tak pernah
salah.
Latihlah kepekaan untuk mendengarkan suara hati anda dan nikmati hidup berkelimpahan yang telah disediakan Tuhan bagi kita.
No Response to "Ikuti Kata Hati & Jadi Diri Sendiri"
Posting Komentar