Itulah hati..
Yang bersitannya tak mampu di
diarahkan..
Yang kecondongannya tak mampu di
atur..
Yang inginnya tak mampu di tekan..
Itulah hati, yang debarnya tak mampu
dikendali..
Yang buncahan bahagianya tak mampu
di tutupi..
Yang jeritannya tak mampu di
redam..
Itulah hati..
Dia mengendali lakunya sendiri..
Kendati ribuan tali kekang ku
pasangkan..
Tetap saja sulit untuk ku
arahkan..
Maka kan ku dapat diriku dalam
lelah yang berkepanjangan..
Karenamu duhai hati..
Diriku begitu paham akan langkah
yang mulai menyalahi..
Begitu tahu akan terjalnya jalan
yang ku pilih..
Tapi bersitannya duhai hati,
begitu kuat..
Seakan ribuan medan magnet menarik
ke arahnya..
Ada apa dengan mu duhai segumpal
daging di dada?
Sungguhkah diri ini telah
mengendali dengan baik?
Tepatkah tali kekang telah ku
pasang dengan benar?
Ataukah..Memang ku sengaja
melemahkan kendaliku?
Ataukah tali kekang itu memang
sengaja ku kendorkan?
Duhai beningnya qalbu..
Adakah syahwat mulai bermain di
dalamnya?
Apakah putihmu telah ternoda
bercak?
Aku bingung, aku lelah..
Beribu macam tanya hadir dalam
benakku..
Bermain di relung terdalam..
Ku coba..
Ku tahu mata adalah jendela hati..
Maka ku coba tundukkan
pandanganku..
Agar tak dapat menatapmu..
Namun tahukah?
Di bawah ku dapati jejak kakimu,
Dan kembali ku melangkah bermain
menapak jejakmu..
Berlari mencari tepinya dengan
harap menemukanmu..
Lalu apa gunanya ku tundukkan
pandanganku??
Jika kakiku tetap menapak di atas
jejakmu..
Tapi tetap ku coba..
Ku mulai menghapus bayangmu..
Ku kurung diriku dalam ruang
gulita tak berpendar..
Agar lenyap semua bayangan
tentangmu..
Tapi tahukah?
Semakin ku liputi diriku dalam
gelap semakin jelas cahayamu nanar dalam tiap pejam ku..
Lalu untuk apa gulita jika selalu
ku temukan cahayamu dalam tiap pejamku?
Dan akan tetap ku coba..
Ku coba menanam ribuan duri
tentangmu di hati,
Ku semai racun agar kau tak tumbuh
merekah dlm dada..
Ku pasang tembok pembatas antara
hatimu dan hatiku..
Tapi tahukah?
Tiap duri yang ku semai tumbuh merangkai
namamu..
Tiap racun yang ku tabur menjadi
obat penawar luka..
Tiap tembok yang ku pasang,
merambat hijau lumut melukismu..
Lalu apa lagi yang harus ku
perbuat?
Sunggu aku dalam lelah tak
bertepi..
Dalam luka yang menganga..
Dalam jerit tak terucap..
Maka ku coba..
Ku hapus air mataku bukan dengan
sapu tangan…
Karena ku tahu tak akan mampu
menyembunyikan sembabnya..
Maka ku hapus tiap tetesnya dengan
wudhu yang menyejukkan..
Berharap tiap bercak noda di hati
ikut luluh dan tersaput..
Ku pasang pembatas denganmu bukan
dengan duri, racun ataupun tembok..
Karena ku tahu itu pun tak
berguna..
Tapi dengan hamparan ‘hijab’
syariat..
Dengan ilmu penawar hati..
Dengan lingkaran majelis dzikir..
Tak akan ku coba hapuskan
bayangmu,
Tapi ku kan mencoba menatapmu
dengan biasa, mencintaimu dengan ikhlas..
Tanpa sedikitpun ingin memilikimu,
tanpa sebersitpun ingin menggapaimu..
Dan ku mulai meninggalkan
jejakmu..
Ku kan membuat jejak sendiri di
tiap langkahku menapak menuju cinta yang jauh lebih abadi..
Ketahuilah, tak akan ku coba
menghapus cintamu,
Tapi kan ku tutupi dengan cinta
yang jauh lebih agung..
Cinta yang jauh lebih indah dan
membumbung..
Yang ku yakin, Dia yang menentukan
akhir dari tiap jejak kita..
Ku harap, suatu hari nanti,
Kaupun melangkah ke arah yang sama
denganku menuju cinta-Nya..
Agar kelak jejak kita dapat
bertemu di ujung IradahNya..
di ambil dari
:b2htiardpdpsw.wordpress.com
No Response to "MENAPAK JEJAKMU"
Posting Komentar